SUKU AMUNGME
A. LATAR BELAKANG
Suku Amungme merupakan suku bangsa
yang berada di bagian pegunungan tengah kabupaten Mimika provinsi Papua.
Definisi dari suku Amungme ada dua kata yaitu : Amung artinya Utama dan Mee artinya Manusia(orang pertama). Amungme berasal dari daerah Pingama
(lembah baleim) Wamena. Hal ini dapat ditelusuri dari kata Kurima yang artinya tempat orang berkumpul dan Hitigima yang
artinya tempat pertama kali para nenek
moyang orang-orang Amungme mendirikan honai dari alang-alang. Selain itu
mereka percaya bahwa mereka adalah keturunan pertama dari anak sulung bangsa
manusia, mereka hidup disebelah utara dan selatan pegunungan tengah yang selalu
diselimuti salju abadi , dalam bahasa Amungme disebut nemangkawi (anak panah
putih) , Orang AmungmeSebelumnya telah dijelaskan bahwa masyarakat suku Amungme
berada di daerah pegunungan. Oleh karena itu,faktor tersebut telah
membentuk karakter masyarakat Amungme menjadi keras, non kompromi, fair dan
gentlemen serta selalu melakukan tindakan preventif dalam segala aktivitas
sehingga suku Amungme menggangap dirinya penakluk, penguasa serta pewaris alam
amungsa dari tangan Nagawan Into (Tuhan). Suku ini berada pada ketinggian
6000 km dari permukaan laut ,dengan demikian suku Amungme berada pada titik
pusat. Letak geografis bagian utara berbatasan dengan suku Damal , bagian
selatan berbatasan dengan suku Kamoro , bagian timur berbatasan dengan suku
Moni dan bagian barat berbatasan dengan suku Nduga. Suku Bangsa Amungme berada di Kabupaten Mimika,suku ini
memiliki beragam marga mulai dari batas geografisnya di Jigi pembatasan
Kabupaten Puncak Ilaga ,Mugi pembatasan dengan kabupaten Ndugama sampai dengan
jelama tagal pembatasan kabupaten Intan jaya. Dari bagian perbatasan- perbatasan ini mereka memiliki
dua bahasa sesuai perbatasannya,seperti amungme yang tinggal di kampung Aroanop
memiliki bahasa Amungme dan Moni , tinggal di kampung Alama memiliki bahasa
Amungme dan Nduga,di kampung Agimuga memiliki bahasa Amungme dan Kamoro dan di
kampung Hoya memiliki bahasa amungme dan Damal.
Kata lain bahasa Amungme adalah (Neungkikal artinya Bahasa Utuh) sedangkan Damal-kal untuk orang Amungme yang hidup di
sebelah utara. Maka dari itu dalam suku Amungme terdapat dua bahasa yaitu
bahasa Aro-a-kal adalah jenis bahasa simbol yang paling sulit dimengerti
dan dikomunikasikan, serta Tebo-a-kal sebagai jenis bahasa simbol yang
hanya diucapkan sewaktu berada di wilayah tertentu yang dianggap keramat.
B. ADAT ISTIADAT
Adat dan kebiasaan suku Amungme sama dengan suku pegunungan
lainnya dari pembuatan api yaitu menggunakan rotan ,bambu hutan dan kayu kusus
yaitu(emil_kamil). Selain itu, dari segi
memasaknya, seperti bakar batu. Harta
perkawinan yang ditetapkan ialah babi 15 ekor dan kulit biak. Uang rupiah
paling rendah 50 juta dan paling tinggi 100 juta rupiah,menerima tamu dari
kampung lain atau ,suku lain biasanya dengan terhormat secara adat barapen dan
makan bersama. Pakaian adat mereka adalah koteka dari buah labu dan tawar dari
kulit kayu serta bentuk lainnya,namun zaman ini sudah mengenal perkembangan
teknologi maka di kota tidak menggunakan pakaian adat ,tetapi dikampung masih
menggunakannya. Alat
senjata yang digunakan dari suku Amungme adalah panah (mangi) , tongkat (putol),tombak (kowang)dan kampak batu(pop me). Alat tradisi senjata ini digunakan untuk berburu,perhiasan saat
pesta-pesta adat dan juga digunakan saat perang.
Pada Zaman purbalisasi mereka tidur di dalam goa batu(kela
are)yaitu sebuah rumah berbentuk honai(hitongoi)
dimana dalam adat istiadat mereka terdapat 2 honai yaitu per keluaraga harus
memiliki satu honai perempuan dan sekumpulan laki-laki membentuk satu
honailelaki.
Selain itu dari segi transaksi jual beli dahulu suku
ini masih menggunakan sistem barter atau pertukaran barang yang kita punya
kemudian ditukarkan kepada orang lain.
Saat ini budaya barter maupun alat
tukar eral sudah tidak pernah lagi digunakan oleh sebagian besar suku Amungme
yang tinggal di perkotaan atau berdampingan dengan budaya kota. Berbeda dengan
masyarakat suku Amungme yang tinggal di pedalaman bagian Utara, yaitu di daerah
pegunungan masih menggunakan eral. Eral
sendiri adalah sistem tukar - menukar barang dengan alat tukar sah yang diakui
masyarakat Amungme, berupa kulit bia (siput). Kulit bia ini diperoleh dengan
tukar-menukar barang dengan masyarakat yang tinggal di pantai. Setelah kulit
bia diperoleh, mereka membawa pulang ke tempat tinggalnya di pedalaman dan
membentuknya menjadi alat tukar suku.
C.
Mata
Pencaharian
Keunikan suku Amungme adalah dari
mata pencahariannya dengan cara bercocok tanam. Kopi merupakan hasil yang cukup
memuaskan, bukan hanya untuk dikonsumsi masyarakat, melainkan kopi ini
diproduksi ke berbagai daerah dan menambah penghasil masyarakat. Suku Amungme
di Kabupaten Mimika, Papua kini bisa memetik keuntungan dari lahan kopi milik
mereka. Dari penjualan terbatas kepada ekspatriat, kini kopi Amungme bisa
menjelajah Papua.ada juga sayur –mayur seperti kol,labu,bayam, wortel
,jagung,pepaya, di dataran tinggi namun saat ini bumi Amungsa bagian dataran
rendah bisa menanam padi di kabupaten mimika. Warga dari suku Amungme memilki
mata pencaharian berburu, meskipun berburu bukanlah mata pencaharian utama
(pokok) diamungsa. Selain dilakukan sebagai mata pencaharian, berburu juga
dilakukan segai hobi atau kegemaran warga Amungme Hal ini membuat berburu
menjadi salah satu sistem mata pencaharian hidup yang cukup diperhitungkan.
Adapun beberapa hewan yang menjadi mangsa buruan suku Amungme
adalah, babi hutan, kuskus,
biawak,burung kasuari,mambruk,kaka tua dan buaya. Hewan-hewan ini dilakukan di
hutan sekunder, dibekas-bekas ladang yang sudah ditinggalkan, di tepi sungai
dan juga di hutan rimba primer. Perburuan pun dilakuakn dengan menggunakan
senjata sederhana, seperti tombak, parang, panah, tongkat, dan alat tradisional
lainnya yang berupa perangkap. Cara berburu yang paling terkenal di suku
Amungme adalah berburu dengan cara membawa anjing ke hutan , dengan anjing bisa dapat
dengan cepat hasil berburunya.
Beternak adalah aspek lain dari ekonomi suku Amungme kabupaten mimika,
Papua yang terkait dengan sistem keuangan. Tujuan utama bukan untuk memenuhi
kebutuhan sendiri terhadap daging, tetapi untuk memperoleh uang kulit kerang
atau alat tukar Suku Amungme yang dikenal dengan istilah epam.
D. Tari dan Musik
Tarian adat suku amungme adalah tari
suanggi ,goyang secara putar lingkaran ada pula sepertiseka namun membentuk
segi empat secara buka-tutup (weitak alan
borat) dan bernyanyi saat semalaman di honai antara pria dan wanita saling
membalas sambil membagi harta milik wanita pria dan sebaliknya pria pada
wanita( tem ) serta harmoni music(pingkol) saat subu di honai lelaki dan
seruling (waau) saat tertentu dengan
menggunakan bambu hutan primer.
Perhiasan mereka secara umum sangat
unik dan penting bagi masyarakat pegunungan tengah dalam adat dan tradisinya
berupa pakaian adat sepertinya koteka,tawar,bulu kasuari,sayap
urib, galung, bunga anggrek, gelang , gigi babi, serta noken papua buatan kulit
kayu.
Sumber :
-
(egatmangme.2014.sejarah amungme. http://egatmangme.blogspot.co.id/2014/04/sejarah-amungme.html.
24 November 2015).
- (2013.Suku Amungme Timika Papua.http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1244/suku-amungme-mimika-papua.26 Agustus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar