WELCOME IN MY BLOG

Sabtu, 30 April 2016

Tugas7_SS_Perekonomian Indonesia

Sektor Pertanian
 
A.    Sektor Pertanian di Indonesia
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri atau sumber energi  serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam serta pembesaran hewan ternak (raising). Meskipun caranya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe atau sekadar esktraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan karena sektor-sekor tersebut memiliki arti yang sangat penting dalam pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia.  Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Karena pertanain selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung seperti ilmu tanah, meteorologi, teknik pertanian, biokimia dan statistika.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sektor pertanian yang ada di Indonesia memiliki peranan penting bagi pembangunan nasional. Peranan sektor pertanian yaitu :
*      Sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok, sandang, pangan dan papan.
*      Menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk.
*      Memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang tinggi.
*      Memberikan devisa bagi negara .
*      Mempunyai efek pengganda ekonomi yang tinggi dengan rendahnya ketergantungan terhadap impor.
Dampak pengganda tersebut relatif besar sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor pertanian juga dapat menjadi basis dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian yaitu agribisnis dan agroindustri. Dengan pertumbuhan yang terus positif secara konsisten, sektor pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional (Antara, 2009 ). Pertanian dalam arti luas meliputi sektor pertanian, perikanan, peternakan dan perkebunan. Pembangunan sektor pertanian bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) mayarakat.  Hal ini dapat diwujudkan dengan menggalakkan pembangunan sektor pertanian dengan sistem agribisnis dimana pembangunan dengan sistem agribisnis ini diharapkan dapat meningkatkan kuantitas, produktivitas, kualitas, pemasaran, dan efisiensi usaha pertanian baik yang dikelola secara mandiri maupun secara kemitraan.
Menurut Saragih (2002) menekankan bahwa pentingnya pembangunan dengan pendekatan agribisnis karena beberapa hal yaitu :
ü  Meningkatkan daya saing melalui keunggulan komparatif.
ü  Merupakan sektor perkenomian utama daerah yang memberikan kontribusi dalam pembentukan PDB.
ü  Kesempatan kerja serta merupakan sumber pertumbuhan baru yang signifikan.
a.    Perkembangan sejak awal dekade 1990-an.
Selama periode 1995-1997 pangsa Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor pertanian mengalami penurunan. Pada saat krisis mencapai puncaknya tahun 1999, semua sektor mengalami pertumbuhan negatif kecuali listrik, gas dan air minum dengan tetap positif 2,6 % . Sektor pertanian mengalami pertumbuhan -0,7 % dan sektor industri manufaktur   -11,4 %. Rendahnya pertumbuhan output pertanian pada tahun-tahun tertentu disebabkan salah satunya oleh musim kemarau yang panjang yang memang merupakan salah satu kendala serius yang bukan hanya bagi kelangsungan kegiatan pertanian, tetapi juga dapat berdampak negatif terhadap  tingkat daya saing produk – produk pertanian, termasuk padi.
Karena negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan pada sektor pertaniannya, maka jumlah pekerja di Indonesia paling banyak di bidang pertanian sebanyak 34 % ( tahun 2015). Wakil presiden Indonesia yaitu Jusuf Kalla menjelaskan bahwa lapangan kerja di sektor pertanian dari tahun ke tahun semakin menurun. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan tenaga kerja di sektor pertanian antara lain :
1.      Menurunnya luas lahan pertanian di Indonesia.
Rata- rata satu keluarga hanya mempunyai luas lahan pertanian seluas 0,3 ha kemudian lahan pertanian tersebut dikerjakan oleh 3 orang dengan hasil 6 ton per panen.
2.      Turunnya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian.
Hal ini dikarenakan karena produktivitas yang mengalami peningkatan akibat dari semakin banyak petani yang mengganti tenaga manusia dengan bantuan mesin.
3.      Kegagalan panen yang diderita petani .
Kegagalan panen bisa disebabkan oleh pergantian musim yang tidak menentu, dan lain sebagainya. Hal ini membuat petani enggan meneruskan penggarapan lahan dan memilih untuk mencari pekerjaan di kota.
4.      Jumlah pendapatan yang diterima dari hasil bertani lebih rendah dibandingkan seseorang yang bekerja di sektor industri.
 
B.     Nilai Tukar Petani
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar dan proporsi rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian yang dominan. Hal ini sangatlah penting untuk memperhatikan kesejahteraan para petani di Indonesia. Salah satu alat ukur kesejahteraan petani yang digunakan saat ini adalah Nilai Tukar Petani (NTP).
Nilai Tukar Petani merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (lt) dengan indeks harga yang dibayar petani (lb). Indeks harga yang diterima petani adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga produsen atas hasil produksi petani. Indeks harga yang dibayar petani yaitu indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga petani, baik kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan untuk proses produksi pertanian. Dari lb, dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Konsep ini secara sederhana menggambarkan daya beli pendapatan petani.
-          Arti angka NTP
·         Nilai tukar petani > 100 => petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya.
·         Nilai tukar petani = 100 => petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan pengeluarannya.
·         Nilai tukar petani < 100 => petani mengalami deficit. Kenaikan harga produksi relative lebih  kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan petani turun, lebih kecil dari pengeluarannya.
-          Kegunaan dan Manfaat Nilai tukar petani
§  Dari Indeks harga yang diterima petani (lt) dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian.
§  Dari Indeks harga yang dibayar petani (lb) dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di pedesaan  serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.
§  Nilai Tukar Petani mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam produksi dan konsumsi rumah tangga.
§  Angka Nilai Tukar Petani menunjukkan tingkat daya saing produk pertanian dibandingkan dengan produk lain. Atas dasar ini upaya produk spesialisasi dan peningkatan kualitas produk pertanian dapat dilakukan.
-          Cakupan komoditas
o   Sub sektor  tanaman pangan seperti : padi, palawija.
o   Sub sektor hoktikultura seperti : sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman huas dan tanaman obat-obatan.
o   Sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) seperti : kelapa, kopi robusta, cengkeh, tembakau, dan kapuk odolan. Jumlah komoditas ini juga bervariasi antar daerah.
o   Sub sektor peternakan seperti : ternak besar (sapi,kerbau), ternak kecil ( kambing, domba, babi, dll), unggas (ayam,itik,dll), hasil-hasil ternak (susu sapi, telur, dll).
o   Sub sektor perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.
Badan Pusat Statistik merilis nilai tukar petani pada Januari 2016 sebesar 102,55 atau menurun 0,27 % dibanding pada Desember 2015. Berdasarkan data BPS hasil pemantauan 33 provinsi di Indonesia, penurunan terjadi pada 3 subsektor yakni holtikultura sebesar 0,44 %, tanaman perkebunan rakyat 0,80 %, dan peternakan 0,12 %. Tetapi terjadi peningkatan pada subsektor tanaman pangan sebesar 0,01 % dan perikanan 0,21 %.
C.    Investasi di Sektor Pertanian.
Pemerintah berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan investasi di sektor pertanian khususnya holtikultura (buah dan sayur) terutama sektor hulu dan hilir. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat minat investasi pada sektor pertanian terus mengalami peningkatan. BKPM mencatat pengajuan izin prinsip sektor pertanian periode Oktober 2014 – Juni 2015 mencapai Rp 56,74 triliun , naik 134,8 % dibanding periode Oktober 2013 – Juni 2014 sebesar Rp 24,17 triliun. Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) mengatakan petani tanaman pangan memerlukan dukungan swasta karena kemitraan yang selama ini terjalin antara petani dan swasta meningkatkan kesejahteraan petani. Pemerintah menyarankan para investor untuk lebih memerhatikan sektor pangan sebagai salah satu sektor penting dalam berinvestasi. Salah satu faktor penunjang yang dapat menjadi indikator investasi adalah sektor perbankan. Berdasarkan data posisi pinjaman investasi yang diberikan oleh sektor perbankan (baik bank Persero, Bank Perkreditan Rakyat, Bank Pemerintah Daerah, Bank Swasta Nasional, Bank Swasta Asing dan Bank Campuran kepada sektor pertanian, perikanan, peternakan dan kehutanan, tren pemberian modal investasi pada tahun 2005 – Januari 2011 cenderung stagnan. Pada Bank Pemerintah Daerah , pada Januari 2011, alokasi pinjaman investasi terbesar diberikan kepada sektor jasa, yaitu 21,76 %. Sektor jasa mengalami peningkatan yang sangat signifikan , karena pada tahun 2005 sektor ini hanya mendapatkan alokasi sebesar 8,68 % sedangkan sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan kehutanan mendapatkan proporsi sebesar 18,8 % pada tahun 2005.
Berdasarkan data-data yang tertera di atas dapat disimpulkan bahwa dahulu sektor pertanain merupakan lading investasi yang jarang diminati oleh para investor. Hal-hal yang menyebabkan investasi pertanian terhambat yaitu :
                                i.            Sektor pertanian memiliki risiko dan ketidakpastian yang sangat tinggi. Terlebih lagi dengan adanya climate change yang menyebabkan kemungkinan terjadinya fluktuasi produksi .
                              ii.            Minimnya sarana pendukung yang tersedia. Seperti yang banyak kita ketahui, bahwa saat ini sarana pertanian seperti irigasi misalnya yang ada di daerah adalah peninggalan masa orde baru dan sudah semakin tidak terawat. Selain itu, karena umumnya sentra produksi pertanian berada di daerah , dan infrastruktur seperti jalan yang ada pada beberapa jalur misalkan pada jalur pantura kurang baik sehingga besarnya kemungkinan terjadi kerusakan barang semakin tinggi.
                            iii.            Masih sulitnya birokrasi yang ada apabila hendak mendirikan usaha pertanian yang memiliki skala ekonomi yang cukup besar sehingga menjadi kurang menarik.
                            iv.            Masih tidak stabilnya iklim investasi di Indonesia.
                              v.            Masih tidak stabilnya iklim politik dan beberapa komoditi pertanian yang menjadi komoditi politik.
                            vi.            Masih maraknya pungutan-pungutan liar di Indonesia sehingga meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan.
                          vii.            Adanya otonomi daerah yang terkadang yang terkadang kebijakannya sering tumpang tindih dengan kebijakan pemerintah pusat.
Sebenarnya hal yang paling utama untuk meningkatkan minat investasi bidang pertanian adalah menyinergiskan kebijakan dalam pemerintahan baik antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Selain itu, perlunya pemerintah untuk melakukan upaya pendekatan dengn calon investor untuk menanamkan modalnya pada sektor pertanian. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan kemudahan untuk investasi misalkan bantuan untuk merampingkan jalur birokrasi, memberikan jaminan kestabilan politik dan keamanan investasi, serta perbaikan infrastruktur sehingga dapat meminimalisir tingkat risiko dan ketidakpastian yang dihadapi.
 
D.    Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur.
Jika kita melihat dari negara maju mereka yang dahulu menitikberatkan dalam pembangunan perekonomian mereka pada sektor pertanian kini perlahan namun pasti mereka mengembangkan pada sektor lain yakni sektor industri. Berkaca pada krisis yang telah terjadi, proses indutrialisasi yang didengung-dengungkan pemerintah kurang mendapat moment yang tepat. Melihat kenyataan itu, pemerintah Indonesia diharapkan untuk memutarbalikkan kemudi ekonomi untuk mundur selangkah merencanakan dan kemudian melaksanakan dengan disiplin setiap proses yang terjadi. Ada beberapa alasan  ( Dr. Tulus Tambunan) kenapa sektor pertanian yang kurang sangat esensial dalam proses industrialisasi di negara Indonesia yaitu sebagai berikut :
a>    Sektor pertanian yang kuat berarti ketahanan pangan terjamin dan ini merupakan salah satu prasyarat penting agar proses indutrialisasi pada khususnya dan pembangunan ekonomi pada umumnya bisa berlangsung dengan baik.
b>    Dari sisi permintaan agregat, pembangunan sektor pertanian yang kuat membuat tingkat pendapatan riil per kapita disektor tersebut tinggi yang merupakan salah satu sumber permintaan terhadap barang-barang nonfood khususnya manufaktur. Khususnya di Indonesia , dimana sebagian besar penduduk Indonesia berada di pedesaan dan mempunyai sumber pendapatan langsung maupun tidak langsung dari kegiatan pertanian.
c>    Dari sisi penawaran, pembangunan yang baik disektor pertanian bisa menghasilkan surplus di sektor tersebut dan ini bisa menjadi sumber investasi di sektor industry, khusunya industri berskala kecil di pedesaan.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Daftar pustaka
-          https://m.tempo.co/read/news/2016/02/01/087741183/bps-januari-2016-nilai-tukar-petani
-          www.bps.go.id/Subjek/view/id/22
-          denandardede.blogspot.co.id/2015/05/keterkaitan-pertanian-dengan-industri
-          m.kompasiana.com/markus.simanjuntak/keterkaitan-pertanian-dengan—industri-manufaktur-550dfb65a33311a12dba7e
-          m.kompasiana.com/alvinomaryandani/melihat-investasi-dalam-pertanian_55106622813311d638bc6330
-          www.pps.unud.ac.id
 
 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar